Deskripsi
Motif ini merupakan hasil eksplorasi pengembangan bentuk visual yang terinspirasi dari ornamen pedang Tjikeroeh dari desa Cikeruh dan ujung tombak dengan bentuk seperti Tri Tangtu Di Buana, artefak peninggalan Kerajaan Kasumedangan yang dikelola oleh Museum Prabu Geusan Ulun sebagai mitra dalam pengembangan motif. Nama Nira Rasa dipilih sebagai representasi dari sari kehidupan yang berpadu dengan kedalaman makna, sebagaimana cairan nira yang diolah menjadi gula sebagai simbol kearifan lokal Sunda. Nira Rasa merefleksikan filosofi tentang keseimbangan antara sari kehidupan, kebijaksanaan, dan kekuatan tradisi yang terjaga. Motif ini tersusun dari bentuk sulur tanaman, Tri Tangtu Di Buana, cecag buah, dan daun palma. Bentuk sulur merepresentasikan kesinambungan dan pertumbuhan, Tri Tangtu Di Buana merepresentasikan konsep unsur kekuasaan dalam kehidupan yang tidak saling mendominasi, cecag buah menjadi simbol keseimbangan serta keteraturan, sedangkan daun palma menjadi penambah nilai estetika dalam motif. Untuk memperkuat karakter motif, digunakan warna-warna pastel yang lembut dengan dominasi hijau, sehingga memunculkan kesan segar, alami, dan penuh kehidupan. Motif Nira Rasa dirancang menggunakan prinsip desain keseimbangan dan proporsi dengan penggayaan kontemporer dan feminin. Komposisi elemen disusun secara simetris untuk menghadirkan harmoni visual yang stabil namun tetap dinamis. Motif ini dapat berfungsi sebagai elemen dekoratif yang fleksibel, dan dapat diaplikasikan pada berbagai material seperti kain, kanvas, maupun media dekoratif lain dengan teknik bordir, digital printing, maupun cat, sehingga memperluas kemungkinan dalam ranah estetika dan produk kreatif.