Deskripsi
Konseptual model ini mengevaluasi keberhasilan implementasi telemedicine di Indonesia menggunakan Model HOT-Fit (Human–Organization–Technology Fit) yang dipadukan dengan analisis faktor afektif pengguna seperti kepercayaan, kepuasan, digital anxiety, dan techno-stress. Telemedicine berkembang pesat sejak pandemi COVID-19, namun menghadapi tantangan pada regulasi, literasi digital, kesiapan organisasi, kualitas interaksi klinis, serta infrastruktur. Evaluasi dilakukan melalui tiga komponen HOT-Fit: teknologi (kualitas sistem, informasi, layanan), manusia (kepuasan dan penggunaan sistem), dan organisasi (dukungan kebijakan dan manajemen), dengan indikator keberhasilan berupa kesesuaian (fit) dan manfaat bersih (net benefits). Studi ini juga mengidentifikasi persepsi positif (efisiensi, kemudahan, fleksibilitas layanan) dan negatif (kekhawatiran diagnosis, privasi data, beban kerja, ketidakstabilan sistem), yang membentuk dua alur adopsi: siklus positif yang menguatkan penerimaan dan siklus negatif yang memicu resistensi. Disimpulkan bahwa keberlanjutan telemedicine membutuhkan penguatan faktor afektif positif, desain teknologi yang inklusif, serta dukungan regulasi dan organisasi yang solid.