Deskripsi
Saka Raras merupakan perpaduan dari dua kata, yaitu Saka yang bermakna penopang atau pilar, dan Raras yang dalam bahasa Sunda serta Jawa merujuk pada keindahan, harmoni, dan keselarasan. Filosofi ini menggambarkan sebuah penopang yang menjaga keseimbangan dan memperkuat keindahan dalam satu kesatuan, selaras dengan prinsip desain yang menekankan keseimbangan, proporsi, serta penggayaan kontemporer. Motif Saka Raras terinspirasi dari ornamen pedang Tjikeroeh dari desa Cikeruh dan ujung tombak dengan bentuk seperti Tri Tangtu Di Buana yang merupakan salah satu artefak koleksi di Museum Prabu Geusan Ulun. Bentuk-bentuk yang diangkat didominasi oleh sulur tumbuhan dan mahkota pada pedang Tjikeroeh serta Tri Tangtu Di Buana dari ujung tombak. Sulur tumbuhan melambangkan gerak bebas yang tetap teratur, sementara Tri Tangtu Di Buana merepresentasikan konsep unsur kekuasaan dalam kehidupan yang tidak saling mendominasi. Dibalut nuansa warna pastel dengan dominasi warna merah muda, merepresentasikan kedamaian, keindahan, serta feminin yang berpadu harmonis dengan lekukan sulur. Dengan karakter tersebut, motif Saka Raras dapat berfungsi sebagai elemen dekoratif yang fleksibel untuk diaplikasikan pada berbagai media, seperti kain, kanvas, maupun material lain, melalui teknik bordir, digital print, ataupun lukis.